Berlibur tanpa gadget

Bunda di libur panjang tahun ini ingin menghabiskan waktu dimana bersama si kecil ..
selain berlibur saya gunakan waktu agar si kecil dapat mengeksplor sekitar dan tidak memegang gadget saat berlibur
Jika liburan tujuannya melepas penat, maka sesungguhnya kita harus benar-benar “memutus dunia” keseharian kita dan benar-benar fokus dengan jeda kita. Pertanyaannya? Apakah saat berlibur sebagian kita benar-benar “memutus dunia” itu? Saat seseorang bawa handphone atau gadget lainnya ke tempat liburan, bisa jadi sebenarnya dia tidak benar-benar MELEPAS, tapi justru membiarkan rutinitas mengekor dirinya. Maka ratusan kali liburan, jika begitu, berpeluang tidak akan berdampak apa-apa pada hidupnya

Kebiasaan jalan-jalan tanpa gadget sudah lama kami lakukan. Hanya saja bedanya, ini pertama kali gadget kami benar-benar ditinggal di rumah Dulu, gadget-nya kami simpan di mobil. Tidak dibawa ke tempat kunjungan kami. Sebagian orang berkata kepada saya “Bagaimana kalau anak kami hilang?” Saya hanya tersenyum dan berkata “justru kejadian anak hilang di tempat perbelanjaan dan bahkan sampai ada balita yang meninggal karena terjerembab di kolam renang, karena orang tuanya sibuk dengan gadget
Berbagai kesulitan “komunikasi” tanpa gadget nyatanya hanya sedikit dan sebagian besar baru sebatas kekhawatiran di pikiran saja. Dari awal kami benar-benar berniat fokus dengan tujuan “melepas” penat, memutus dunia tapi menguatkan hubungan jiwa diantara kami sekeluarga. Satu-satunya “gadget” yang masih diperbolehkan anak-anak gunakan adalah “nonton televisi” di kamar hotel. Itu pun dibatasi sejam sehari. Justru ketika tanpa gadget, kami sekeluarga benar-benar lebih intens “berkomunikasi”
Seharusnya tidak ada lagi istilah “back to reality” yang diucapkan sebagian orang saat pulang dari liburan. Sepertinya realitas kehidupan benar-benar menyiksa hidupnya. Mengapa “daily reality” harus dihindari, jika sejatinya membahagiakan hidup kita?
#MombassadorSGMEksplor
#SGMEksplor

#GenerasiMaju