Mengenal Growth Faltering
Bunda pernah tidak khawatir anak mengalami Growth Faltering?
Faltering Growth erat kaitannya dengan pertumbuhan berat badan Si Kecil yang tidak meningkat. Untuk itu pemberian asupan nutrisi yang seimbang sangat dibutuhkan olehnya, terutama protein hewani yang meliputi daging, susu, dan ikan.
Demi mendapatkan mutu protein yang lebih baik, Si Kecil perlu memenuhi asupan protein hewani setidaknya 25% dari Angka Kecukupan Protein (AKP).
Growth Faltering itu merupakan kondisi dimana pertumbuhan fisik anak sangat lamban dibandingkan dengan anak seusianya. Growth Faltering terjadi pada anak umur 0-6 bulan, dengan tanda goncangan pertumbuhan massa tubuh maupun pertumbuhan linier, yang menjurus ke arah penurunan grafik bila dibandingkan dengan baku rujukan pertumbuhan. Anak yang dua kali penimbangan berturut – turut tidak bertambah berat badannya merupakan tanda-tanda untuk segera mengambil tindakan pencegahan agar berat badan anak tidak berlanjut menurun.
Growth faltering akan berdampak menghambat perkembangan fungsi kognitif, menurut UNICEF Indonesia (2012), goncangan pertumbuhan berdampak negative pada kehidupan selanjutnya yang berhubungan dengan prestasi pendidikan yang buruk, lama pendidikan dan menurunkan pendapatan sebagai orang dewasa. Anak-anak yang mengalami growth faltering menghadapi kemungkinan yang lebih besar untuk tumbuh menjadi orang dewasa yang kurang berpendidikan, miskin, kurang sehat dan lebih rentan terhadap penyakit tidak menular.Selain itu goncangan pertumbuhan juga berdampak pada konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang yang serius terhadap perkembangan anak-anak, seperti keterlambatan perkembangan, disfungsi gastrointestinal, peningkatan risiko infeksi, deficit dalam kognisi dan kompetensisosial/emosional.Oleh karena itu, anak-anak yang mengalami growth faltering yang tidak segera ditangani akan menjadi predictor buruknya kualitas sumber daya manusia yang diterima secaraluas, yang selanjutnya menurunkan kemampuan produktif suatu bangsa di masa yang akan datang.
Hasil penelitian Satoto (1990) Growth faltering ini sangat dipengaruhi oleh pola pemberian ASI, pemberian makanan tambahan yang terlalu dini dalam bentuk makanan yang rendah energy dan sangat rendah protein, menurunkan pemberian ASI yang pada gilirannya menurunkan pertumbuhan gizi anak dan peningkatan kerentanan anak terhadap infeksi, kerentanan terhadap infeksi juga dipengaruhi oleh buruknya sanitasi lingkungan keluarga dan perilaku perawatan kesehatan anak yang kurang baik. Jadi factor determinan kuat yang mempengaruhi pertumbuhan adalah lingkungan asuh anak dan konsumsi makanan anak terutama masukan energi, protein, dan Fe. Sedangkan faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan anak adalah keadaan gizi dan kesehatan ibu serta keadaan social ekonomi keluarga. Juga jenis kelamin diketahui berpengaruh dengan keterlibatan social budaya dimana anak laki-laki cenderung tumbuh lebih baik daripada anak perempuan.
Intervensi untuk menurunkan growth faltering harus dimulai secara tepat sebelum kelahiran, dengan pelayanan prenatal dan gizi ibu, dan berlanjut hingga usia dua tahun. Pada saat anak melewati usia dua tahun, sudah terlambat untuk memperbaiki kerusakan pada tahun-tahun awal. Oleh karena itu, status kesehatan dan gizi ibu merupakan penentu penting pertumbuhan pada anak-anak. Selain itu intervenzi gizi dengan penambahkan zat gizi mikro pada makanan anak-anak atau pemberian makanan yang diperkaya dengan vitamin dan mineral, dan pemberian konseling kepada ibu dan bapak tentang praktek pemberian makan harus berjalan seiring dengan pemberian edukasi orang tua tentang perilaku kesehatan dan kebersihan secara optimal
#MombassadorSGMEksplor
#SGMEksplor
#GenerasiMaju
Komentar
Posting Komentar